sepatuoriginal.org – Ngomongin sepak bola, rasanya nggak lengkap tanpa bahas drama di lapangan. Kadang yang bikin greget bukan cuma permainannya, tapi juga keputusan wasit. Di situlah muncul yang namanya teknologi VAR, sebuah sistem yang katanya bisa bikin keputusan lebih adil. Tapi benarkah begitu? Yuk, kita kupas bareng-bareng dengan santai dan jelas.
VAR, singkatan dari Video Assistant Referee, adalah teknologi yang bantu wasit dalam mengambil keputusan penting lewat tayangan ulang. Di balik layar, ada tim yang mantengin monitor dan ngasih masukan ke wasit utama lewat headset. Jadi, bukan wasit sendirian yang harus mutusin hal krusial kayak gol, penalti, kartu merah, atau pelanggaran serius.
Baca Juga : Aisar Khaled dan Media Sosial Malaysia
Sejarah Munculnya Teknologi VAR
Sebelum teknologi VAR muncul, keputusan di lapangan sepenuhnya bergantung sama mata wasit dan asistennya. Tapi kan manusia bisa salah. Apalagi dalam pertandingan yang serba cepat dan penuh tekanan. Nah, dari situlah ide VAR lahir.
Teknologi VAR pertama kali diuji coba secara resmi pada tahun 2016. Lalu, mulai dipakai secara luas di Piala Dunia 2018 di Rusia. Sejak saat itu, banyak liga top dunia ikut mengadopsinya. Liga Inggris, Serie A, La Liga, Bundesliga, sampai Liga 1 Indonesia pun mulai pakai VAR untuk mengurangi kesalahan fatal.
Tapi bukan berarti semuanya langsung berjalan mulus. Di awal penerapannya, teknologi VAR justru menuai banyak protes. Soalnya, ada jeda waktu yang bikin pertandingan sempat tertunda, belum lagi keputusan yang tetap bikin kontroversi meski udah lihat tayangan ulang.
Baca Juga : Fakta Menarik 4 Member BLACKPINK
Cara Kerja Teknologi VAR di Lapangan
Teknologi VAR nggak asal rekam dan kasih replay. Sistem ini punya prosedur yang cukup ketat dan hanya dipakai dalam empat situasi utama. Pertama, soal gol. Kedua, insiden penalti. Ketiga, kartu merah langsung. Keempat, identitas pemain yang salah saat wasit memberi kartu.
Jadi gini, saat kejadian mencurigakan terjadi, tim VAR di ruang kontrol bakal ngecek ulang tayangan dari berbagai sudut kamera. Kalau mereka lihat ada kemungkinan keputusan wasit keliru, mereka akan kasih tahu lewat komunikasi radio. Wasit utama bisa langsung terima saran, atau datang sendiri ke monitor pinggir lapangan buat ngecek ulang.
Keren ya, tapi tetap ada sisi manusianya. Yang bikin lucu, meski udah pakai teknologi VAR, keputusan akhir tetap di tangan wasit. Jadi bisa aja terjadi beda pendapat antara wasit utama dan tim VAR. Inilah yang kadang bikin penonton gregetan.
Baca Juga : Jennifer Coppen: Fakta yang Jarang Diketahui
Pro Kontra Teknologi VAR dalam Dunia Sepak Bola
Kayak dua sisi mata uang, teknologi VAR juga punya pro dan kontra. Di satu sisi, banyak yang setuju karena bisa bantu meminimalkan kesalahan. Di sisi lain, ada juga yang ngerasa VAR justru bikin pertandingan kehilangan greget.
Pihak yang mendukung bilang, VAR membantu menjaga keadilan. Banyak gol offside yang akhirnya dianulir berkat VAR. Banyak penalti yang tadinya lolos dari mata wasit akhirnya terdeteksi. Ini bikin pertandingan terasa lebih fair.
Tapi, buat yang kontra, mereka ngerasa VAR bikin pertandingan jadi terlalu steril. Wasit ragu-ragu, selebrasi jadi tertunda karena harus nunggu keputusan VAR, dan penonton di stadion pun kadang bingung karena nggak tahu apa yang sedang diperiksa.
Selain itu, beberapa keputusan tetap subjektif meski pakai tayangan ulang. Misalnya soal handball atau pelanggaran ringan. Ada kalanya keputusan tetap bikin debat panas meski sudah diperiksa dengan bantuan teknologi.
Baca Juga : 10 Lagu Terbaik Blackpink
VAR dan Perubahan Gaya Bermain Tim
Menariknya, kehadiran teknologi VAR juga ngaruh ke cara main tim. Para pemain jadi lebih hati-hati. Dulu, mungkin pemain bisa nyikut diam-diam di sudut lapangan, tapi sekarang kamera VAR bisa menangkap segalanya.
Pemain belakang jadi lebih disiplin jaga garis offside karena teknologi VAR bisa mengukur posisi secara presisi. Wasit asisten juga lebih berani untuk menahan bendera, karena tahu keputusan bisa diperbaiki oleh VAR.
Di sisi lain, serangan balik jadi lebih berhati-hati karena takut gol yang dicetak dianulir akibat pelanggaran kecil yang terjadi di awal build-up. Jadi secara tidak langsung, VAR juga bikin permainan jadi lebih bersih tapi lebih hati-hati.
VAR dalam Piala Dunia dan Liga-Liga Dunia
Semenjak teknologi VAR dipakai di Piala Dunia 2018, dunia jadi lebih mengenalnya. Salah satu momen ikonik adalah ketika Prancis diberi penalti setelah VAR mendeteksi handball pemain Kroasia di final. Dari situ, VAR mulai dianggap sebagai revolusi dalam sepak bola.
Liga top seperti Premier League awalnya sempat ragu, tapi akhirnya ikut menerapkan VAR. Tapi, setiap liga punya gaya sendiri dalam menggunakannya. Ada yang membatasi intervensi VAR, ada juga yang membebaskan wasit untuk sering ngecek monitor.
Liga Indonesia juga sudah mulai kenal teknologi ini, meskipun masih dalam tahap pengembangan dan penerapan awal. Ini jadi langkah maju buat dunia sepak bola nasional agar lebih profesional dan minim drama.
Dampak Psikologis ke Pemain dan Penonton
Nggak cuma soal teknis, teknologi VAR juga punya dampak psikologis. Buat pemain, gol yang sudah dirayakan bisa dibatalkan dalam sekejap. Bayangin gimana kecewanya mereka. Bahkan kadang emosi jadi lebih mudah tersulut karena keputusan yang tertunda.
Penonton juga ngerasa kehilangan momen. Dulu, gol langsung dirayakan dengan penuh euforia. Sekarang, harus nunggu konfirmasi VAR dulu. Ini bikin selebrasi jadi dingin dan kurang spontan.
Di sisi lain, para pelatih senang karena VAR bisa jadi alat bantu buat menuntut keadilan. Mereka bisa merasa lebih tenang karena ada sistem yang menjaga fairness. Meski begitu, tetap saja ada momen VAR yang bikin mereka melempar botol air karena kecewa.
Teknologi VAR dan Masa Depannya
Teknologi selalu berkembang. VAR yang sekarang mungkin masih punya kekurangan, tapi ke depannya pasti akan lebih canggih. Beberapa pengembangan udah mulai dilakukan. Misalnya, sistem offside semi otomatis yang dipakai di Piala Dunia Qatar 2022.
Teknologi ini pakai sensor di bola dan pelacakan posisi tubuh pemain lewat kamera khusus. Hasilnya, keputusan offside bisa keluar dalam hitungan detik tanpa harus tunggu lama-lama. Ini bisa jadi solusi buat masalah keterlambatan VAR.
Selain itu, federasi sepak bola dunia juga terus mencari cara agar komunikasi antara wasit dan penonton lebih transparan. Mungkin nanti ada tampilan langsung di stadion soal apa yang sedang diperiksa. Jadi semua pihak bisa paham dan ikut merasakan prosesnya.
Perlukah Teknologi VAR di Semua Pertandingan?
Ini pertanyaan menarik. Nggak semua kompetisi punya dana buat menghadirkan teknologi VAR. Alat-alatnya mahal, SDM-nya juga harus terlatih. Jadi, apakah perlu dipaksakan?
Di satu sisi, keadilan memang penting. Tapi kalau VAR bikin pertandingan kecil jadi terganggu atau terlalu rumit, mungkin harus disesuaikan. VAR lebih cocok untuk kompetisi besar atau liga yang sudah mapan.
Tapi bukan berarti pertandingan level bawah nggak bisa adil. Pelatihan wasit dan peningkatan teknologi lain seperti sensor garis gawang juga bisa bantu meningkatkan kualitas pertandingan.
Suara Suporter tentang Teknologi VAR
Kalau ditanya langsung ke suporter, pasti jawabannya beda-beda. Ada yang bilang suka karena lebih adil. Ada yang bilang benci karena ngerusak suasana.
Suporter garis keras mungkin merasa VAR bikin pertandingan kehilangan emosi. Tapi suporter yang cinta keadilan pasti merasa terbantu. Jadi, semua kembali ke selera masing-masing.
Namun satu hal yang pasti, teknologi VAR udah jadi bagian dari sepak bola modern. Dan kita semua harus belajar untuk berdamai dengan perubahan. Mau suka atau nggak, sistem ini akan terus berkembang dan jadi penentu dalam laga besar